under contruction
  • Mauris euismod rhoncus tortor
  • Sed nunc augue
  • Why is it needed
  • Where can I get some

Selasa, 11 Mei 2010

Sabar Adalah Gerbang Segala Kebaikan

Sesungguhnya iman itu terdiri atas dua bagian: sebagian sabar dan sebagian syukur. Keduanya merupakan dua sifat dari sifat-sifat Allah Ta’ala dan dua nama dari al-asmaa-ul-husnaa, dimana Dia menamakan Diri-Nya dengan nama ash-Shabuur danasy-Syakuur. Maka kebodohan terhadap hakikat sabar dan syukur, sebenarnya adalah kebodohan daripada sifat-sifat Dia Ta’ala.
Keutamaan Sabar
Allah Ta’ala sesungguhnya telah menyifatkan orang-orang yang sabar, dengan beberapa sifat. Ia menambahkan lebih banyak derajat dan kebajikan kepada sabar. Ia menjadikan derajat dan kebajikan itu sebagai hasil (buah) dari sabar. Maka Allah ‘Azza wa Jalla berfirman:
“Dan Kami jadikan di antara mereka itu beberapa pemimpin yang akan memberikan pimpinan dengan perintah Kami, yaitu ketika mereka berhati teguh (sabar)”. (QS. As-Sajadah : 24).
“Dan telah sempurnalah perkataan yang baik dari Tuhan engkau untuk Bani Israil, disebabkan keteguhan hati (kesabaran) mereka”. (QS Al A’raf : 137).
“Kepada orang-orang itu diberikan pembalasan (pokok) dua kali lipat, disebabkan kesabaran mereka”. (QS. Al Qashash : 54)
“Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu, akan disempurnakan pahalanya dengan tiada terhitung”. (QS Az-Zumar : 10).

Maka tidak ada dari pendekatan diri manusia kepada Allah (ibadah), melainkan pahalanya itu ditentukan dengan kadar dan dapat dihitung, selain sabar. Dan sesungguhnya adanya puasa itu sebagian dari sabar dan puasa itu separuh sabar, maka Allah Ta’ala mengaitkan puasa itu bagi orang-orang yang bersabar, bahwa Ia bersama mereka.
“Hendaklah kamu bersabar, sesungguhnya Allah itu bersama orang-orang yang sabar”. (QS. Al-Anfal : 46).
“Ya! Kalau kamu sabar dan memelihara diri, sedang mereka datang kepadamu (menyerang) dengan cepatnya, Tuhan akan membantu kamu dengan lima ribu malaikat yang akan membinasakan”. (QS. Ali ‘Imran : 125).
Dan penelitian semua ayat-ayat tentang kedudukan sabar itu akan panjang bila diteruskan.
Adapun hadits-hadits yang menyangkut dengan sabar, maka di antara lain, Nabi s.a.w. bersabda : “Sabar itu separuh iman, sebagaimana nanti akan diterangkan caranya sabar itu separuh iman. Adapun hadits-hadits yang lain di antaranya:
“Dari yang sekurang-kurangnya diberikan kepada kamu, ialah: keyakinan dan kesungguhan sabar. Siapa yang diberikan keberuntungan dari keyakinan dan kesungguhan sabar itu, niscaya ia tidak peduli dengan yang luput dari padanya, dari shalat malam dan puasa siang.
Dan engkau bersabar di atas apa yang menimpa atas diri engkau, adalah lebih aku sukai, daripada disempurnakan oleh setiap orang daripada kamu, kepadaku, dengan seperti amalan semua kamu. Akan tetapi aku takut, bahwa dibukakan kepadamu dunia sesudahku. Lalu sebagian kamu menetang sebagian yang lain. Dan akan ditantang kamu oleh penduduk langit (para malaikat) ketika itu. Maka siapa yang sabar dan memperhitungkan diri, niscaya memperoleh kesempurnaan pahalanya”.
Kemudian Nabi s.a.w. membaca firman Allah Ta’ala: “Apa yang di sisi kamu itu akan hilang dan apa yang di sisi Allah itu yang kekal. Dan akan Kami berikan kepada orang-oang yang sabar itu pembalasan, menurut yang telah mereka kerjakan dengan sebaik-baiknya” (An-Nahl:96).
Diriwayatkan Jabir, bahwa Nabi s.a.w ditanyakan tentang iman, maka Beliau menjawab: “Sabar dan suka memaafkan”.
Dikatakan bahwa Allah Ta’ala menurunkan wahyu kepada nabi Daud a.s.:
“Berakhlaklah dengan akhlak-Ku! Sesungguhnya sebagian dari akhlak-Ku, ialah, bahwa Aku Maha Sabar.”
Pada hadits yang diriwayatkan ‘Atha’ dari Ibnu Abbas, bahwa ketika Rasulullah s.a.w. masuk ke tempat orang-orang Anshar, lalu beliau bertanya:
“Apakah kamu ini semua orang beriman?”.
Semua mereka diam. Maka menjawab Umar r.a.: “Ya, wahai Rasulullah!”.
Nabi s.a.w. lalu bertanya: “Apakah tandanya keimanan kamu itu?”
Mereka menjawab: “Kami bersyukur atas kelapangan. Kami bersabaratas percobaan. Dan kami rela dengan ketetapan Tuhan (qadha Allah Ta’ala)”.
Lalu Nabi s.a.w. menjawab: “Demi Tuhan pemilik Ka’bah! Benar kamu itu orang beriman!”.
Nabi s.a.w. bersabda:
“Pada kesabaran atas yang tidak engkau sukai itu banyak kebajikan”.
Isa Al-Masih a.s. berkata:
“Engkau sesungguhnya tiada akan memperoleh apa yang engkau sukai, selain dengan kesabaranmu atas apa yang tiada engkau sukai”.
Adapun atsar, maka di antaranya ialah terdapat pada surat khalifah Umar bin al-Khatab r.a. kepada Abu Musa Al-Asy’ari r.a., yang bunyinya di antara lain:
“Haruslah engkau bersabar! Dan ketahuilah, bahwa sabar itu dua. Yang satu lebih utama dari yang lain: sabar pada waktu musibah itu baik. Dan yang lebih baik daripadanya lagi, ialah sabar (menahan diri) dari yang diharamkan Allah Ta’ala. Dan ketahuilah, bahwa sabar itu yang memilikiiman. Yang demikian itu, adalah bahwa takwa itu kebajikan yang utama. Dan takwa itu dengan sabar”.
Ali r.a. berkata pula:
“Sabar itu dari iman, adalah seperti kedudukan kepala dari tubuh. Tidak ada tubuh bagi orang yang tidak mempunyai kepala. Dan tidak adaiman, bagi orang yang tiada mempunyai kesabaran”.
Adalah Habib bin Abi Habib Al Bashari, apabila membaca ayat: “Sesungguhnya dia (Ayub) kami dapati, seorang yang sabar. Seorang hamba yang amat baik. Sesungguhnya dia tetap kembali (kepada Tuhan)” (QS. Shad : 44), lalu beliau menangis dan berkata: “Alangkah menakjubkan! Ia yang memberi dan Ia yang memujinya.”
Penjelasan Hakikat Sabar
Ketahuilah kiranya, bahwa sabar itu suatu maqam (tingkat) dari tingkat-tingkat agama. Dan suatu kedudukan dari kedudukan orang yang berjalan menuju kepada Allah (saalikiin). Dan semua maqam agama itu hanya dapat tersusun baik dari tiga hal: ma’rifah, ahwal dan amal. Maka ma’rifah itu adalah pokok, dialah yang mewariskan ahwal; dan ahwal itu yang membuahkan amal.
Ma’rifah itu adalah seperti pohon kayu, ahwal adalah seperti ranting, dan amal seperti buah. Dan ini terdapat pada semua kedudukan para saalikiin. Seperti demikian pula sabar. Tiada akan sempurna sabar itu selain dengan ma’rifah yang mendahuluinya dan dengan ahwal yang tegak berdiri.
Adapun insan itu, maka sesungguhnya ia diciptakan pada permulaan masa kecilnya tanpa keinginan selain keinginan makan. Kemudian lahirlah keinginan bermain dan berhias, kemudian nafsu keinginan kawin. Dan tak ada sekali-kali pada insan —pada masa kecil tersebut— kekuatan sabar. Pada anak kecil itu yang ada hanyalah tentara hawa nafsu, seperti yang ada pada hewan.
Akan tetapi, Allah Ta’ala dengan kurnia-Nya dan keluasan kepemurahan-Nya, memuliakan anak Adam dan meninggikan derajat mereka dari derajat hewan-hewan. Maka Allah Ta’ala mewakilkan kepada manusia itu ketika sempurna dirinya dengan mendekati kedewasaan, dua malaikat. Yang satu memberinya petunjuk dan yang satu lagi menguatkannya. Maka berbedalah manusia itu dengan pertolongan dua malaikat tadi dari hewan-hewan.
Maka jadilah insan itu dengan sinar petunjuk, mengetahui bahwa mengikuti nafsu syahwat itu tidak disukai pada akibatnya. Akan tetapi, petunjuk itu tidaklah memadai, selama tidak ada baginya kemampuan untuk meninggalkan yang mendatangkan melarat. Lalu ia memerlukan kepada kemampuan dan kekuatan yang dapat menolakkannya kepada menyembelih nafsu syahwatnya itu. Lalu ia melawan nafsu syahwat tersebut dengan kekuatan itu. Sehingga diputuskannya permusuhan nafsu syahwat tadi darinya. Maka Allah Ta’ala mewakilkan seorang malaikat lain padanya yang membetulkannya, meneguhkannya dan menguatkannya dengan tentara yang tiada engkau dapat melihatnya. IA memerintahkan tentara ini, untuk memerangi tentara nafsu syahwat. Maka sekali tentara ini yang lemah dan sekali ia yang kuat.
Hendaklah dipahami, bahwa peperangan itu, terjadi antara penggerak agama dan penggerak hawa nafsu. Dan peperangan antara yang dua tadi, berlaku terus menerus. Dan medan peperangan ini ialah qalb hamba.
Sumber bantuan kepada penggerak agama itu datangnya dari para malaikat, yang menolong barisan (tentara) Allah Ta’ala. Dan sumber bantuan penggerak nafsu syahwat itu, datangnya dari syaitan-syaitan yang membantu musuh-musuh Allah Ta’ala.
Maka sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama menghadapi penggerak nafsu syahwat. Kalau penggerak agama itu tetap, sehingga dapat memaksakan penggerak nafsu syahwat dan terus-menerus menantangnya, maka penggerak agama itu telah menolong tentara Allah. Dan berhubung dengan orang-orang yang sabar. Dan kalau ia tinggalkan dan lemah, sehingga ia dikalahkan oleh nafsu syahwat dan ia tidak sabar pada menolaknya, niscaya ia berhubungan dengan mengikuti syaitan-syaitan.
Jadi, meninggalkan perbuatan-perbuatan yang penuh dengan nafsu syahwat itu adalah amal perbuatan yang dihasilkan oleh suatu ahwal, yang dinamakan sabar, yaitu tetapnya penggerak agama yang berhadapan dengan penggerak nafsu syahwat. Tetapnya penggerak agama itu adalah suatu hal yang dihasilkan oleh iman, dengan memusuhi nafsu syahwat dan melawannya, karena sebab-sebab kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Sesungguhnya semua yang tersebut itu, adalah isyarat yang mengisyaratkan kepada hal-hal yang lebih tinggi dari ilmu mu’amalah. Maka kami terangkan, bahwa telah jelas sabar itu adalah ibarat dari tetapnya penggerak agama pada melawan penggerak hawa nafsu. Dan perlawanan ini adalah termasuk ciri khas anak-anak Adam, karena diwakilkan kepada mereka, malaikat-malaikat yang mulia yang menuliskan amal perbuatan mereka.
Sabar itu Setengah Iman
Ketahuilah kiranya, bahwa iman itu pada suatu kali, disandarkan secara mutlak kepada tasdiq dengan pokok-pokok agama, dan pada suatu kali lainnya dengan amal shalih yang datang dari tasdiq itu, dan pada suatu kali lainnya lagi keduanya sekaligus: iman dan amal shalih.
Adapun “sabar itu setengah iman” berdasarkan dua pandangan dan atas kehendak dua pemakaian kata. Pandangan pertama, iman itu dikatakan secara mutlak kepada semua tasdiq dan amalan. Lalu iman itu mempunyai dua sendi (rukun). Yang satu yakin dan yang lain sabar.
Yang dimaksudkan dengan yakin ialah ma’rifah-ma’rifah yang diyakini kepada pokok-pokok agama. Dan yang dimaksudkan dengan sabar ialah amal (berbuat) menurut yang dikehendaki oleh keyakinan. Keyakinan tersebut, misalnya, mengajarkan bahwa maksiat itu mendatangkan melarat dan tha’at itu mendatangkan manfaat. Dan tidak mungkin meninggalkan perbuatan maksiat dan rajin kepada taat, selain dengan sabar. Maka adalah sabar itu separuh iman dengan pandangan ini. Dan karena itulah, rasulullah s.a.w. mengumpulkan di antara keduanya, dengan sabdanya:
“Di antara yang paling sedikit yang diberikan kepada kamu ialah yakin dan keras kesabaran”.
Pandangan kedua, iman itu dikatakan secara mutlak kepada ahwal yang membuahkan amal, dan bukan ma’rifah-ma’rifah. Dan ketika itu, terbagilah semua yang ditemui oleh hamba dalam hidupnya, kepada yang bermanfaat kepadanya di dunia dan di akhirat atau yang mendatangkan melarat kepadanya di dunia dan akhirat. Dan hamba itu dengan dikaitkan kepada yang mendatangkan melarat kepadanya mempunyai hal (sifat) syukur. Maka syukur itu dengan pandangan ini adalah salah satu dari dua bagian iman, sebagaimana yakin adalah salah satu dari dua bagian itu, menurut pandangan pertama di atas.
Dengan pandangan tersebut, Ibnu Mas’ud r.a. berkata:
Iman itu dua paruh (nishfu), separuh sabar dan separuh syukur”.
Hal-Hal tentang Sabar
Ketahuilah kiranya bahwa sabar itu dua bagian: Pertama, bagian badaniah, seperti menanggung kesukaran dengan badan dan tetap bertahan atas yang demikian. Dan ini adakalanya dengan perbuatan, seperti mengerjakan perbuatan-perbuatan yang sukar. Adakalanya dari perbuatan-perbuatan ibadan dan bukan ibadah. Adakalanya dengan penanggungan seperti sabar dari pukulan keras, sakit parah dan luka-luka besar.
Kemudian bagian kedua, kalau adalah sabar dari nafsu syahwat perut dan kemaluan, maka dinamakan ‘iffah (pemeliharaan diri). Kalau sabar itu pada musibah, maka disingkatkan saja atas nama sabar, lawannya adalah gelisah dan keluh kesah. Kalau sabar itu pada membawakan kekayaan dinamakan mengekang diri, lawannya dinamakan sombong dengan kesenangan (al-bathar). Kalau sabar pada peperangan dinamakan berani, lawannya pengecut. Kalau sabar itu dalam menahan amarah dinamakan lemah lembut, lawannya ialah at-tadzammur (pengutukan diri kepada yang sudah hilang). Kalau sabar itu pada suatu pergantian masa yang membosankan maka dinamakan lapang dada, lawannya mangkal hati dan sempit dada. Kalau sabar itu pada menahan diri dari kehidupan dunia maka dinamakan zuhud, lawannya lahap.
Maka yang terbanyak dari akhlak iman itu masuk dalam sabar. Karena itulah, pada suatu kali Nabi s.a.w. ditanyakan tentang iman, lalu beliau menjawab: “Ialah sabar”. Karena sabar itu yang terbanyak dari amal-perbuatan iman dan yang termulia dariamal perbuatan itu. Allah Ta’ala mengumpulkan bagian-bagian itu dan semuanya dinamakan sabar, dengan firman-Nya:
“Mereka yang sabar dalam musibah, kemiskinan dan ketika peperangan. Merekalah orang-orang yang benar dan merekalah orang-orang yang bertakwa - memelihara dirinya dari kejahatan”. (QS Al Baqarah : 177).
Jadi, inilah bagian-bagian sabar, dengan perbedaan hubungan-hubungannya. Dan siapa yang mengambil arti (maksud) dari nama, niscaya ia menyangka bahwa hal keadaan itu berbeda pada zatnya dan hakikatnya, dari segi ia melihat nama-nama itu berbeda. Maka arti itu pokok dan kata-kata itu adalah pengikut. Siapa yang mencari arti dari pengikut, niscaya tidak boleh tidak, ia akan tergelincir. Dan kepada dua golongan itulah, diisyaratkan dengan firman Allah Ta’ala: “Adakah orang yang berjalan menelungkup di atas mukanya lebih mendapat petunjuk ataukah orang yang berjalan dengan lurus di atas jalan yang benar? (QS. Al Mulk : 22).
Ketahuilah kiranya, bahwa penggerak agama, dikaitkan kepada penggerak hawa nafsu itu mempunyai tiga hal/keadaan:
Bahwa ia memaksakan penggerak hawa nafsu. Lalu penggerak hawa nafsu itu tidak mempunyai lagi kekuatan untuk melawan. Dan sampai kepada yang demikian itu, dengan berkekalan sabar. Yang sampai kepada tingkat ini adalah sedikit. Yakni, ash-shiddiqun, dan al-muqarrabun. Mereka itulah orang-orang yang akan dipanggil: “Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Tuhanmu dengan ridla, yang diridlai.”
Bahwa menanglah pengajak-pengajak hawa nafsu secara mutlak, jatuhlah perlawanan penggerak agama. Lalu ia menyerahkan dirinya kepada tentara setan dan ia tidak berjuang (bermujahadah) karena berputus-asa. Merekalah orang-orang yang lalai, dan ini adalah golongan yang terbanyak.
Kepada merekalah diisyaratkan dengan firman Allah Ta’ala:
“Dan kalau Kami kehendaki, niscaya Kami berikan petunjuk kepada setiap diri. Tetapi perkataan dari-Ku, sebenarnya akan terjadi, sesungguhnya Aku akan memenuhkan neraka Jahanam dengan jin dan manusia semuanya” (QS. As- Sajadah : 13).
Merekalah orang-orang yang membeli kehidupan duniawi dengan akhirat sehingga rugilah perniagaan mereka, dan dikatakan kepada orang yang bermaksud menunjuki jalan kepada mereka: “Berpalinglah engkau dari orang yang tiada memperdulikan pengajaran Kami dan hanya menginginkan kehidupan duniawi semata! Pengetahuan mereka hanya sehingga itu”. (QS. An-Najm : 29-30).
Keadaan ini, tandanya ialah: putus asa, hilang harapan dan tertipu dengan angan-angan. Itulah yang paling bodoh, sebagaimana Nabi s.a.w. bersabda:
“Orang yang pintar itu meng-agamakan dirinya dan berbuat amal untuk sesudah mati. Dan orang yang bodoh ialah orang yang mengikutkan dirinya kepada hawa nafsunya dan ia berangan-angan atas Allah”.
Orang yang berkeadaan begini, apabila diberi pengajaran, niscaya menjawab: “Aku ingin bertobat. Akan tetapi, sukar tobat itu atas diriku. Lalu aku tidak mengharap padanya”, atau ia tidak ingin bertobat akan tetapi membalas: “Sesungguhnya Allah itu Maha Pengampun, Maha Pengasih, lagi Maha Pemurah. Maka Dia tidak memerlukan kepada tobatku”.
Bahwa peperangan itu adalah menjadi hal yang biasa di antara dua tentara. Sekali ia memperoleh kemenangan atas peperangan itu, dan sebaliknya. Inilah yang termasuk golongan al-mujahiduun. Orang-orang yang berkeadaan dengan keadaan ini ialah mereka yang mencampuradukkan amal perbuatan yang baik dan yang lain yang jahat, seperti firman Allah Ta’ala: “Mereka telah mencampur-adukkan pekerjaan yang baik dengan yang buruk”. Kiranya Allah Ta’ala menerima taubat mereka!
Penutup
Berkata sebagian orang ‘arifin: “ahlush-shabri itu adalah atas tiga maqam.
Pertama, orang-orang yang meninggalkan nafsu syahwat, dan ini adalah derajat orang-orang yang taubat (mutawwabiin).
Kedua, orang-orang yang ridla dengan yang ditakdirkan Tuhan, dan ini adalah derajat orang-orang zahid.
Ketiga, orang-orang yang suka kepada apa yang diperbuat Tuhannya, dan ini adalah derajat orang-orang shiddiq (ash-shiddiqin).
Semoga Allah yang Maha Pengasih menganugrahkan kepada kita kesabaran. Amin.
Read More

Ahad, 9 Mei 2010

Renungan Sempena Hari Ibu



Orang kata aku lahir dari perut Ibu..
Bila dahaga, yang susukan aku.. Ibu
Bila lapar, yang suapkan aku.. Ibu
Bila keseorangan, yang sentiasa di sampingku.. Ibu
Kata ibu, perkataan pertama yang aku sebut.. Ma!
Bila bangun tidur, aku cari.. Ibu
Bila nangis, orang pertama yang datang.. Ibu
Bila nak bermanja, aku dekati.. Ibu
Bila nak bergesel, aku duduk sebelah.. Ibu
Bila sedih, yang boleh memujukku hanya.. Ibu
Bila nakal, yang memarahi aku.. Ibu
Bila merajuk, yang memujukku cuma.. Ibu
Bila melakukan kesalahan, yang paling cepat marah.. Ibu
Bila takut, yang tenangkan aku.. Ibu
Bila nak peluk, yang aku suka peluk.. Ibu
Aku selalu teringatkan.. Ibu
Bila sedih, aku mesti telefon.. Ibu
Bila seronok, orang pertama aku nak beritahu.. Ibu
Bila bengang, aku suka luah pada.. Ibu
Bila takut, aku selalu panggil.. “ibuuuuuuuuuuuuu!”
Bila sakit, orang paling risau adalah.. Ibu
Bila nak exam, orang paling sibuk juga.. Ibu
Bila buat hal, yang marah aku dulu.. Ibu
Bila ada masalah, yang paling risau.. Ibu
Yang masih peluk dan cium aku sampai hari ni.. Ibu
Yang selalu masak makanan kegemaranku.. Ibu
Yang selalu simpan dan kemaskan barang-barang aku.. Ibu
Yang selalu berleter kat aku.. Ibu
Yang selalu puji aku.. Ibu
Yang selalu nasihat aku.. Ibu
Bila nak kahwin, Orang pertama aku tunjuk dan rujuk.. Ibu
Aku ada pasangan hidup sendiri
Bila seronok, aku cari.. Pasanganku
Bila sedih, aku cari.. Ibu
Bila berjaya, aku ceritakan pada.. Pasanganku
Bila gagal, aku ceritakan pada.. Ibu
Bila bahagia, aku peluk erat.. Pasanganku
Bila berduka, aku peluk erat.. Ibu
Bila nak bercuti, aku bawa.. Pasanganku
Bila sibuk, aku hantar anak ke rumah.. Ibu
Bila sambut valentine, Aku hadiahi bunga pada.. Pasanganku
Bila sambut hari ibu, aku cuma dapat ucapkan Selamat Hari Ibu
Selalu aku ingat.. Pasanganku
Selalu Ibu ingat kat aku
Bila-bila aku akan telefon.. Pasanganku
Entah bila, aku nak telefon.. Ibu
Selalu aku belikan hadiah untuk.. Pasanganku
Entah bila, aku nak belikan hadiah untuk.. Ibu
Renungkan:
“Kalau kamu sudah habis belajar dan berkerja, bolehkah kamu kirim wang untuk Ibu? Ibu bukan nak banyak, lima puluh ringgit sebulan pun cukuplah”. Berderai air mata aku. Hari ini kalau Ibu mahu lima ratus sebulan pun aku mampu. Aku boleh kirimkan. Tapi Ibu sudah tiada. Aku tidak berkesempatan lagi, bukan lima puluh ringgit, lima puluh sen pun tidak sempat aku kirimkan! Hanya yang termampu Al-Fatihah, Al-Fatihah, Al-Fatihah.
Al-Fatihah juga kepada saudara-saudaraku yang telah kehilangan Ibu tercinta. Kasihnya ibu membawa ke syurga.


Read More

Rabu, 5 Mei 2010

2979384632958l 218x300 Teknik menghafalMENGHAFAL Kemampuan dan kemahiran menghafal adalah antara faktor penting yang menentukan kejayaan seseorang mahasiswa didalam peperiksaan. Antara perkara yang mempercepatkan proses penghafalan ialah:
• Kesungguhan
• Usaha yang berulang-ulang dan berterusan.
• Mengurangkan makan.
• Qiamullail.
• Selalu membaca Al-Quran
• Sentiasa berwudhuk.
Disamping itu kita hendaklah menjauhkan diri dari perkara-perkara yang boleh melemahkan ingatan dan membuatkan kita cepat lupa. Sebab utama yang menghalang kita dari mempunyai (makalah) hafalan yang kuat ialah melakukan maksiat.
Teknik menghafal
• Memilih waktu yang sesuai iaitu ketika fikiran masih segar dan tidak berkecamuk dengan apa-apa masalah.
• Menghafal dalam suasana tenang tanpa gangguan luar.
• Menghafal berulang-ulang kali sehingga benar-benar ingat. Sekiranya pelajaran yang dihafal itu adalah Al-Quran, pastikan anda mengulang-ulangi ayat yang dibaca sebanyak 5 kali diperingkat permulaan. Apabila semua ayat telah dibuat demikian , ulang semula hafalan dari ayat yang pertama sehingga ayat terakhir beberapa kali. Apabila anda telah ingat pelajaran yang dihafal jangan tinggalkannya dalam jarak yang lama kerana akan menyebabkan anda lupa semula.
• Menggunakan semua pancaindera .jangan menghafal hanya menggunakan mata dan hati semata-mata kerana ini akan membuatkan anda lambat ingat dan cepat lupa .Disamping melihat apa yang dihafal , anda hendaklah menyebut dengan lidah , mendengar apa yang disebut dan menulisnya diatas kertas secara berulang-ulang kali.
• Bukan semua teks harus dihafal. Hafallah point-point penting dari nota dan cuba mengingatinya secara gambarajah atau carta. Ini akan membuatkan anda dapat menguasai tajuk tersebut.
• Cuba cari teman untuk (berlawan hafal) .Buatlah soal jawab dengan teman tersebut kerana ini akan membantu anda mengingatinya dengan cepat dan dapat bertahan lama .



Read More

Khamis, 29 April 2010

orang yang kurang didikan agama..





Kata laknat yang sudah menjadi bagian dari bahasa Indonesia memiliki dua makna dalam bahasa Arab :
Pertama : Bermakna mencerca.
Kedua : Bermakna pengusiran dan penjauhan dari rahmat Allah.
Ucapan laknat ini mungkin terlalu sering kita dengar dari orang-orang di lingkungan kita dan sepertinya saling melaknat merupakan perkara yang biasa bagi sementara orang, padahal melaknat seorang Mukmin termasuk dosa besar. Tsabit bin Adl Dlahhak radhiallahu ‘anhu berkata :
“Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : ‘Siapa yang melaknat seorang Mukmin maka ia seperti membunuhnya.’ ” (HR. Bukhari dalam Shahihnya 10/464)
Ucapan Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam : ((“Fahuwa Kaqatlihi”/Maka ia seperti membunuhnya)) dijelaskan oleh Al Hafidh Ibnu Hajar Al Asqalani rahimahullah dalam kitabnya Fathul Bari : “Karena jika ia melaknat seseorang maka seakan-akan ia mendoakan kejelekan bagi orang tersebut dengan kebinasaan.”
Sebagian wanita begitu mudah melaknat orang yang ia benci bahkan orang yang sedang berpekara dengannya, sama saja apakah itu anaknya, suaminya, hewan atau selainnya.
Sangat tidak pantas bila ada seseorang yang mengaku dirinya Mukmin namun lisannya terlalu mudah untuk melaknat. Sebenarnya perangai jelek ini bukanlah milik seorang Mukmin, sebagaimana Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda :
Bukanlah seorang Mukmin itu seorang yang suka mencela, tidak pula seorang yang suka melaknat, bukan seorang yang keji dan kotor ucapannya.” (HR. Bukhari dalam Kitabnya Al Adabul Mufrad halaman 116 dari hadits Abdullah bin Mas’ud radhiallahu ‘anhu. Hadits ini disebutkan oleh Syaikh Muqbil bin Hadi Al Wadi’i hafidhahullah dalam Kitabnya Ash Shahih Al Musnad 2/24)
Dan melaknat itu bukan pula sifatnya orang-orang yang jujur dalam keimanannya (shiddiq), karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Tidak pantas bagi seorang shiddiq untuk menjadi seorang yang suka melaknat.” (HR. Muslim no. 2597)
Pada hari kiamat nanti, orang yang suka melaknat tidak akan dimasukkan dalam barisan para saksi yang mempersaksikan bahwa Rasul mereka telah menyampaikan risalah dan juga ia tidak dapat memberi syafaat di sisi Allah guna memintakan ampunan bagi seorang hamba. Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Orang yang suka melaknat itu bukanlah orang yang dapat memberi syafaat dan tidak pula menjadi saksi pada hari kiamat.” (HR. Muslim dalam Shahihnya no. 2598 dari Abi Darda radhiallahu ‘anhu)
Perangai yang buruk ini sangat besar bahayanya bagi pelakunya sendiri. Bila ia melaknat seseorang, sementara orang yang dilaknat itu tidak pantas untuk dilaknat maka laknat itu kembali kepadanya sebagai orang yang mengucapkan.
Imam Abu Daud rahimahullah meriwayatkan dari hadits Abu Darda radhiallahu ‘anhu bahwasannya Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Apabila seorang hamba melaknat sesuatu maka laknat tersebut naik ke langit, lalu tertutuplah pintu-pintu langit. Kemudian laknat itu turun ke bumi lalu ia mengambil ke kanan dan ke kiri. Apabila ia tidak mendapatkan kelapangan, maka ia kembali kepada orang yang dilaknat jika memang berhak mendapatkan laknat dan jika tidak ia kembali kepada orang yang mengucapkannya.”
Kata Al Hafidh Ibnu Hajar hafidhahullah tentang hadits ini : “Sanadnya jayyid (bagus). Hadits ini memiliki syahid dari hadits Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu dengan sanad yang hasan. Juga memiliki syahid lain yang dikeluarkan oleh Abu Daud dan Tirmidzi dari hadits Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma. Para perawinya adalah orang-orang kepercayaan (tsiqah), akan tetapi haditsnya mursal.”
Ada beberapa hal yang dikecualikan dalam larangan melaknat ini yakni kita boleh melaknat para pelaku maksiat dari kalangan Muslimin namun tidak secara ta’yin (menunjuk langsung dengan menyebut nama atau pelakunya). Tetapi laknat itu ditujukan secara umum, misal kita katakan : “Semoga Allah melaknat para pembegal jalanan itu… .”
Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam sendiri telah melaknat wanita yang menyambung rambut dan wanita yang minta disambungkan rambutnya.
Beliau juga melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki dan masih banyak lagi. Berikut ini kami sebutkan beberapa haditsnya : “Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam melaknat wanita yang menyambung rambutnya (dengan rambut palsu/konde) dan wanita yang minta disambungkan rambutnya.” (HR. Bukhari dan Muslim dalam Shahih keduanya)
Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam mengabarkan :
“Allah melaknat wanita yang membuat tato, wanita yang minta dibuatkan tato, wanita yang mencabut alisnya, wanita yang minta dicabutkan alisnya, dan melaknat wanita yang mengikir giginya untuk tujuan memperindahnya, wanita yang merubah ciptaan Allah Azza wa Jalla.” (HR. Bukhari dan Muslim dari shahabat Ibnu Mas’ud radhiallahu ‘anhu)
“Allah melaknat laki-laki yang menyerupai wanita dan wanita yang menyerupai laki-laki.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya)
Dibolehkan juga melaknat orang kafir yang sudah meninggal dengan menyebut namanya untuk menerangkan keadaannya kepada manusia dan untuk maslahat syar’iyah. Adapun jika tidak ada maslahat syar’iyah maka tidak boleh karena Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam bersabda : “Janganlah kalian mencaci orang-orang yang telah meninggal karena mereka telah sampai/menemui (balasan dari) apa yang dulunya mereka perbuat.” (HR. Bukhari dalam Shahihnya dari hadits ‘Aisyah radhiallahu ‘anha)
Setelah kita mengetahui buruknya perangai ini dan ancaman serta bahayanya yang bakal diterima oleh pengucapnya, maka hendaklah kita bertakwa kepada Allah Ta’ala. Janganlah kita membiasakan lisan kita untuk melaknat karena kebencian dan ketidaksenangan pada seseorang. Kita bertakwa kepada Allah Ta’ala dengan menjaga dan membersihkan lisan kita dari ucapan yang tidak pantas dan kita basahi selalu dengan kalimat thayyibah. Wallahu a’lam bis shawwab.

Read More

Ahad, 25 April 2010

Tolonglah Wahai Wanita : Rayuan Seorang Lelaki




Wahai para wanita, bantulah dirimu dan umat Islam yang ingin menjaga iman mereka. Janganlah menggoda atau termenggoda (tanpa sengaja)  mereka dengan dosa-dosamu dan kecuaianmu terhadap hak Allah SWT. Moga kita semua terselamat.
Nabi Muhammad bersabda :
صِنْفَانِ من أَهْلِ النَّارِ لم أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بها الناس وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلَاتٌ مَائِلَاتٌ رؤوسهن كأسنة الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لَا يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ ولا يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ من مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
Ertinya : "Ada dua golongan dari ahli neraka yang belum pernah saya lihat keduanya itu: (1) Kaum yang membawa cambuk seperti ekor sapi yang mereka pakai buat memukul orang (penguasa yang kejam); (2) Perempuan-perempuan yang berpakaian tetapi telanjang, yang cenderung kepada perbuatan maksiat dan mencenderungkan orang lain kepada perbuatan maksiat, rambutnya sebesar punuk unta. Mereka ini tidak akan boleh masuk syurga, serta tidak dapat akan mencium bau syurga, padahal bau syurga itu tercium sejauh perjalanan demikian dan demikian." (Riwayat Muslim)
Sebar luaskan nasihat ini, moga ia mampu sampai kepada wanita seksi yang tidak mahu membaca di web nasihat agama seperti ini.
Bacalah nasihat lengkap di link berikut :-
Berikut adalah emailnya :-
Assalamualaikum,
(minta admin padam nama saya sebelum release)
Boleh dikatakan setiap hari saya berperang dengan nafsu, sakit jiwa dan mental dibuat nyer, tak tau sampai bila dan sampai mana boleh tahan. Nak dimudahkan cerita, boleh dikatakan setiap hari hidup ni berhadapan dengan perempuan-perempuan yang menghairahkan depan belakang kanan kiri (celakalah keatas kamu!!!).

Tolonglah wahai wanita, aku ingin jaga mataku dan imanku


95% jiwa memberontak nak melakukan seks bebas/zina.. 5% jer tinggal sebab takut nanti Allah marah dan sebab kerana aku orang Islam, nasib baik Islam tak bagi. Jalan kearahnyer cukup mudahhhh, sangat mudah bagi saya, tak payah rogol-rogol atau paksa atau bayar. Free sahaja, dah macam-macam strategi saya gunakan untuk penjarakan nafsu ini, sampai membuat perintah berkurung tak payah keluar rumah tapi mana boleh setiap hari, mesti juga kena keluar pergi kerja.
Secara jujurnyer sebahagian orang perempuan zaman sekarang dah melampau!!!! berpakaian melampaui batas tanpa segan silu. atau ada perasaan malu, saya ni oranglelaki kalau disuruh pakai seluar pendek celah kangkang berbaju singlet pergi ke tempat khalayak ramai pun tak sanggup.. maluuuu.. tapi ada orang perempuan yang sanggup pada masa kini mana pegi hilang malunyer aku pun tak tau... menyusahkan akuuu...
Tanpa segan silu saya menaip, kekadang diri terpaksa menumbuk sepak terajang pintu atau bantal maki hamun nyumpah serapah nak meredakan nafsu.. bagi penatt... isteri memang ada tapi sendiri pahamlah.. kalo nampak isteri aku sorangg jerrr mudah sket nak kawall.. kalo dah kluar dari rumah mau terbeliak bijik mata... lagi-lagi kalo time nak gi atau balik kerja.. adehhhh!!! nak gak kawen lagi satu tapi belum mampu lagi...
Kepada kaum perempuan aku merayu tutuplah aurat muuu.. tutup setutupnyerrr. . kasihanilah aku yang terpaksa berperang setiap hari oleh dek kerana perbuatan kamu... tolongglahhh. .. aku bukan orangwarakk.. aku bukan orangalim ulamak.. aku hamba Allah yang biasa.. tak tau sampai bila aku mampu bertahan..  


Dipetik dari  : zaharudin.net
Read More

Sabtu, 24 April 2010

Bertaubat Dari Perbuatan Dosa

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Sebagian generasi salaf berkata, "Konon nabi Daud ‘Alahis sholatu wassalam setelah bertaubat lebih baik daripada sebelum berbuat kesalahan."
Maka barangsiapa yang telah diberi ketetapan untuk bertaubat, maka keadaannya sebagaimana yang dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair Radhiallahu’anhu, "Sesungguhnya seorang hamba benar-benar mengerjakan amal kebaikan lalu amalan tersebut memasukkannya ke dalam Neraka, dan seorang hamba benar-benar mengerjakan amalan kejelekan, lalu amalan itu memasukkannya ke dalam Surga."
Itu terjadi karena ketika yang bersangkutan mengerjakan amalan kebaikan, amalannya itu selalu terpampang di depan matanya dan ia berbangga dengan itu. Sebaliknya, ia mengerjakan amalan kejelekan yang kemudian terus-menerus menghantuinya lalu meminta ampun kepada Allah Azza wajalla dan bertaubat kepada-Nya dari dosa-dosanya tersebut.
Dalam kitab Shahih telah tsabit bahwa Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda, "Amal perbuatan tergantung pada akhirnya." (HR. Bukhari no. 6607)
Jika seorang Mukmin melakukan kesalahan, maka hukuman (yang akan didapat) akan terhapus dengan 10 sebab:
1. Dengan taubat, maka Allah Subhanahu wata’ala akan menerima taubatnya karena orang yang bertaubat dari dosa bagaikan orang yang tidak berdosa.
2. Dengan memohon ampun, maka Allah Subhanahu wata’ala akan mengampuninya.
3. Atau ia mengerjakan perbuatan baik yang akan menghapuskan dosanya, karena perbuatan baik itu akan menghapuskan (dosa) perbuatan yang buruk.
4. Atau doa kebaikan dan syafaat yang dipanjatkan oleh saudara-saudaranya kaum Muslimin, semasa hidup ataupun setelah matinya.
5. Atau menghadiahkan pahala amalan (kebaikan) mereka untuknya agar Allah Subhanahu wata’ala memberikan kemanfaatan kepadanya dengan pahala amalan terebut.
6. Atau karena syafa’at yang diberikan oleh nabi Muhammad Shallallahu’alaihi wasallam kepadanya.
7. Atau Allah Subhanahu wata’ala mengujinya dengan berbagai musibah yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
8. Cobaan yang ditemui di dalam barzakh (kubur) dan suara dahsyat yang menghapsukan dosa-dosanya.
9. Atau kengerian-kengerian yang akan dia dapati pada hari kiamat kelak yang akan menghapuskan dosa-dosanya.
10. Atau dia dirahmati oleh Allah Yang Maha Pengasih.
Maka barangsiapa yang tidak mendapatkan salah satu dari 10 hal ini, maka janganlah dia mencela kecuali dirinya sendiri, sebagaimana firman Allah Ta’ala yang diriwayatkan oleh Rasul-Nya Shallallahu’alaihi wasallam,
"Wahai hamba-Ku, itu amal-amalmu, Aku hitung semuanya untukmu, kemudian Aku sempurnakan bagimu. Barangsiapa yang mendapatkan kebaikan maka pujilah Allah, dan barangsiapa yang mendapati selain itu maka janganlah mencela selain dirinya". (HR. Muslim no. 2577)
[Disalin dari kitab Tuhfatul 'Iraqiyyah fiil A'malil Qolbih yang ditulis Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah, Edisi Indonesia Amalan-Amalan Hati, Penerjemah Abu Abdillah Salim Subaid, Penerbit Pustaka Ar Rayyan, halaman 83-85, Judul oleh Admin Blog Sunniy Salafy]
Read More

Jumaat, 23 April 2010

spektrum warna dalam dalam solat





Sebagai contoh, pada waktu Subuh alam berada dalam spektrum warna biru muda yang bersamaan dengan frekuensi tiroid yang mempengaruhi sistem metabolisma tubuh. Jadi warna biru muda atau waktu Subuh mempunyai rahsia berkaitan dengan penawar/rezeki dan komunikasi. Mereka yang kerap tertinggal waktu Subuhnya ataupun terlewat secara berulang-ulang kali, lama kelamaan akan menghadapi masalah komunikasi dan rezeki. Ini kerana tenaga alam iaitu biru muda tidak dapat diserap oleh tiroid yang mesti berlaku dalam keadaan roh dan jasad bercantum (keserentakan ruang dan masa) - dalam erti kata lain jaga daripada tidur. Disini juga dapat kita cungkil akan rahsia diperintahkan solat diawal waktu. Bermulanya saja azan Subuh, tenaga alam pada waktu itu berada pada tahap optimum. Tenaga inilah yang akan diserap oleh tubuh melalui konsep resonan pada waktu rukuk dan sujud. Jadi mereka yang terlewat Subuhnya sebenar sudah mendapat tenaga yang tidak optimum lagi.
Warna alam seterusnya berubah ke warna hijau (isyraq & dhuha) dan kemudian warna kuning menandakan masuknya waktu Zohor. Spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi perut dan hati yang berkaitan dengan sistem penghadaman. Warna kuning ini mempunyai rahsia yang berkaitan dengan keceriaan. Jadi mereka yang selalu ketinggalan atau terlewat Zuhurnya berulang-ulang kali dalam hidupnya akan menghadapi masalah di perut dan hilang sifat cerianya.
Kemudian warna alam akan berubah kepada warna oren, iaitu masuknya waktu Asar di mana spektrum warna pada waktu ini bersamaan dengan frekuensi prostat, uterus, ovari dan testis yang merangkumi sistem reproduktif. Rahsia warna oren ialah kreativiti. Orang yang kerap tertinggal Asar akan hilang daya kreativitinya dan lebih malang lagi kalau di waktu Asar seseorang itu tidur. Dan jangan lupa, tenaga pada waktu Asar ni amat diperlukan oleh organ-organ reproduktif kita
Menjelang waktu Maghrib, alam berubah ke warna merah dan di waktu ini kita kerap dinasihatkan oleh orang-orang tua agar tidak berada di luar rumah. Ini kerana spektrum warna pada waktu ini menghampiri frekuensi jin dan iblis (infra-red) dan ini bermakna jin dan iblis pada waktu ini amat bertenaga kerana mereka resonan dengan alam. Mereka yang sedang dalam perjalanan juga seelok-eloknya berhenti dahulu pada waktu ini (solat Maghrib dulu la .) kerana banyak interferens (pembelauan) berlaku pada waktu ini yang boleh mengelirukan mata kita. Rahsia waktu Maghrib atau warna merah ialah keyakinan, pada frekuensi otot, saraf dan tulang.
Apabila masuk waktu Isyak, alam berubah ke warna Indigo dan seterusnya memasuki fasa Kegelapan. Waktu Isyak ini menyimpan rahsia ketenteraman dan kedamaian di mana frekuensinya bersamaan dengan sistem kawalan otak. Mereka yang kerap ketinggalan Isyaknya akan selalu berada dalam kegelisahan. Alam sekarang berada dalam Kegelapan dan sebetulnya, inilah waktu tidur dalam Islam.. Tidur pada waktu ini dipanggil tidur delta dimana keseluruhan sistem tubuh berada dalam kerehatan. Selepas tengah malam, alam mula bersinar kembali dengan warna putih, merah jambu dan seterusnya ungu di mana ianya bersamaan dengan frekuensi kelenjar pineal, pituitari, talamus dan hipotalamus. Tubuh sepatutnya bangkit kembali pada waktu ini dan dalam Islam waktu ini dipanggil Qiamullail.
Manusia kini sememangnya telah sedar akan kepentingan tenaga alam ini dan inilah faktor adanya bermacam-macam kaedah meditasi yang dicipta seperti taichi, qi-gong dan sebagainya. Semuanya dicipta untuk menyerap tenaga-tenaga alam ke sistem tubuh. Kita sebagai umat Islam sepatutnya bersyukur kerana telah di'kurniakan' syariat solat oleh Allah s.w.t tanpa perlu kita memikirkan bagaimana hendak menyerap tenaga alam ini. Hakikat ini seharusnya menginsafkan kita bahawa Allah s.w.t mewajibkan solat ke atas hambanya atas sifat pengasih dan penyayang-Nya sebagai pencipta kerana Dia tahu hamba-Nya ini amat-amat memerlukannya

Read More

Rabu, 14 April 2010

Hidup di Dunia Hanya Sementara

Manusia tinggal di dunia hanya untuk waktu yang singkat. Di sini, ia akan diuji, dilatih, kemudian meninggalkan dunia menuju kehidupan akhirat di mana ia akan tinggal selamanya. Harta benda serta kesenangan di dunia, walaupun diciptakan serupa dengan yang ada di akhirat, sebenarnya memiliki banyak kekurangan dan kelemahan karena harta benda dan kesenangan tersebut ditujukan hanya agar manusia mengingat hari akhirat.

Akan tetapi, orang yang ingkar tidak akan mampu memahami kenyataan ini sehingga mereka berperilaku seakan-akan segala sesuatu di dunia ini miliknya. Hal ini memperdaya mereka karena semua kesenangan di dunia ini bersifat sementara dan tidak sempurna, tidak mampu memuaskan manusia yang diciptakan untuk keindahan kesempurnaan abadi, yaitu Allah. Allah menjelaskan betapa dunia merupakan tempat sementara yang penuh dengan kekurangan,

“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.�? (al-Hadiid: 20)

Seperti yang tertulis dalam Al-Qur`an, orang-orang musyrik hidup hanya untuk beberapa tujuan, seperti kekayaan, anak-anak, dan berbangga-bangga di antara mereka. Dalam ayat lain, dijelaskan tentang hal-hal yang melenakan di dunia,

“Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allahlah tempat kembali yang baik (surga). Katakanlah, ‘Inginkah aku kabarkan kepadamu apa yang lebih baik dari yang demikian itu?' Untuk orang-orang yang bertaqwa (kepada Allah), pada sisi Tuhan mereka ada surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya. Dan (mereka dikaruniai) istri-istri yang disucikan serta keridhaan Allah. Dan Allah Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.�? (Ali Imran: 14-15)

Sebenarnya, kehidupan di dunia tidak sempurna dan tidak berharga dibandingkan kehidupan abadi di akhirat. Untuk menggambarkan hal ini, dalam bahasa Arab, dunia mempunyai konotasi “tempat yang sempit, gaduh dan kotor�?. Manusia menganggap usia 60-70 tahun di dunia sangat panjang dan memuaskan. Akan tetapi, tiba-tiba kematian datang dan semua terkubur di liang lahad. Sebenarnya, ketika kematian mendekat, baru disadari betapa singkatnya waktu di dunia. Pada hari dibangkitkan, Allah akan bertanya kepada manusia.

“Allah bertanya, ‘Berapa tahunkah lamanya kamu tinggal di bumi?' Mereka menjawab, ‘Kami tinggal (di bumi) sehari atau setengah hari, maka tanyakanlah kepada orang-orang yang menghitung.' Allah berfirman, ‘Kamu tidak tinggal (di bumi) melainkan sebentar saja, kalau kamu sesungguhnya mengetahui.' Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?�? ( al-Mu'minuun: 112-115)

Mengabaikan Allah dan tidak mengacuhkan kehidupan akhirat, sepanjang hidup mengejar keserakahan dunia, berarti hukuman abadi di dalam api neraka. Orang-orang yang berada di jalan ini digambarkan Al-Qur`an sebagai “orang-orang yang membeli kehidupan dunia dengan (kehidupan) akhirat�? . Bagi mereka, Allah memutuskan, “Maka tidak akan diringankan siksa mereka dan mereka tidak akan ditolong.�? (al-Baqarah: 86)

“Sesungguhnya, orang-orang yang tidak mengharapkan (tidak percaya akan) pertemuan dengan Kami, dan merasa puas dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami, mereka itu tempatnya ialah neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan.�? (Yunus: 7-8) 


Bagi mereka yang lupa bahwa dunia merupakan tempat sementara dan mereka yang tidak memperhatikan ayat-ayat Allah, tetapi merasa puas dengan permainan dunia dan kesenangan hidup, menganggap memiliki diri mereka sendiri, serta menuhankan diri sendiri, Allah akan memberikan hukuman yang berat. Al-Qur`an menggambarkan keadaan orang yang demikian,

“Adapun orang yang melampaui batas, dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, maka sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).�? (an-Naazi'aat: 37-39)

Semoga bisa menambah wawasan .. dan menyegarkan ingatan kita kembali .. tentang pentingnya mempersiapkan bekal untuk perjalanan hidup yang selanjutnya...




Read More

Isnin, 12 April 2010

Azab Anak Derhaka Hadapi Sakaratul


Sebaik sampai ke pintu wad, jeritan Jalal menerpa ke telinga saya. Jeritannya sungguh kuat kerana azab dan sakit yang ditanggungnya tidak mampu ditanggung lagi. Saya percepatkan langkah menuju ke katilnya. Di sisi katil saya lihat ahli keluarga Jalal sedang menangis tersedu-sedu. Jelas  mereka panik dan tidak tahu apa yang perlu dilakukan, kecuali melihat Jalal menggelepar kesakitan dan berdoa semoga Jalal cepat sembuh. Di katil  pula, Jalal meraung dan meronta sambil tangan dan kakinya terikat kemas di  katil.


"Terima kasih ustaz sebab sudi datang bantu kami. Saya dah tak tahu apa  nak buat. Dah seminggu lebih adik saya macam ni," kata salah seorang abang kepada Jalal sebaik melihat saya sampai.

Sebelum itu mereka menghubungi saya melalui telefon meminta saya segera datang untuk membantu menyembuhkan penyakit adik bongsu mereka itu.

"Apa sakitnya ni?" tanya saya. "Entahlah ustaz, doktor pun tak tau."

Sedang kami berbual, tiba-tiba sekali lagi Jalal menjerit kesakitan. = Kali ini jeritannya cukup jelas di pendengaran saya. Jeritannya menakutkan  dan menyedihkan.

"Emak, ampunkan saya mak. Panaaaassss. Saya sakit mak,sakiiiiittttttt! Tolonglah emak, ampunkan dosa saya."Berserta raungan yang dilepaskan sekuat hati, tubuh Jalal menggelepar seperti dipanggang di dalam api yang  marak. Mukanya berkerut sementara matanya terbelalak akibat azab yang amat  pedih. Semua yang ada di wad berkenaan memandang ke arah kami. Jeritan itu menyebabkan saya tertanya-tanya. Apakah yang menyebabkan Jalal jadi sedemikian rupa? Apa pula kaitan antara penyakitnya itu dengan ibunya?

"Panggil ibunya segera," kata saya.

Namun kata-kata saya itu tidak dijawab. Ahli keluarga Jalal cuma  terdiam, menundukkan muka atau berpandangan sesama sendiri.
"Kenapa ni?" tanya saya.

Dengan perlahan abang Jalal bersuara, "Ustaz, ibu kami baru sahaja  meninggal dunia dua minggu lepas."

"Kalau macam ini susahlah sikit. Saya rasa mungkin Jalal ada melakukan kesalahan besar kepada ibunya,sebab itulah dia menanggung azab yang  begini rupa. Dalam keadaan macam ini, cuma ibunya saja yang dapat membantu,"  kata saya berterus terang.

Mereka cuma mendiam diri sementara jeritan Jalal semakin kuat. Saya  semakin ingin mengetahui puncanya kerana dengan latar belakang itu insya-Allah  saya boleh cuba carikan jalan lain untuk meredakan kesakitan Jalal.

"Ceritakanlah kepada saya apa yang sebenarnya telah berlaku."

"Ustaz, sebenarnya adik saya ini sudah derhaka kepada arwah ibu kami,"  jawab salah seorang daripada mereka.

Dengan tenang, tapi air mata bergenang abang Jalal menceritakan kepada  saya kisah yang sebenarnya,kisah yang cukup menyayat hati saya. Menurutnya, Jalal adalah anak bongsu daripada mereka enam beradik, empat perempuan  dua lelaki dan di kalangan mereka, Jalallah yang mempunyai kelulusan yang lebih tinggi. bagaimanapun, sejak kecil hinggalah dia bekerja dan seterusnya berkahwin, Jalal sentiasa sahaja melawan dan menyanggah kata-kata  ibunya. Nasihat dan teguran ibunya pula dipandang rendah serta tidak diendahkan. Syurga anak di bawah telapak kaki ibunya. Walaupun berpendidikan tinggi, Jalal sentiasa sahaja kekurangan wang, seolah-olah tidak dirahmati rezekinya.
Berterusanlah keadaan itu hingga dia berumahtangga. Keadaan menjadi semakin buruk apabila Jalal meletakkan jawatannya di sebuah syarikat swasta. Hasratnya adalah untuk mencari rezeki yang lebih banyak di syarikat lain, namun nasibnya bukan sahaja tidak berubah, malah menjadi semakin parah. Walau di syarikat manapun yang Jalal bekerja, dia akan menghadapi masalah yang seterusnya membawa kepada dia meletakkan jawatan. Dalam kegawatan itulah Jalal mula meminjam wang daripada sahabat-sahabatnya. Selepas sekian lama hutangnya semakin banyak, namun dia masih tidak  mampu melunaskannya. Rumahtangga Jalal mula kucar-kacir dan akhirnya mereka bercerai. Bagi menyelesaikan masalah tersebut, Jalal mendesak ibunya  supaya mencagarkan tanah mereka di kampung kepada bank. Tanah seluas 12 ekar itu ditinggalkan oleh bapa mereka yang meninggal dunia tiga tahun sebelum itu.

"Emak, saya nak tanah tu. Bank dah setuju nak kasi RM500,000. Saya nak  duit tu buat berniaga," katanya kasar.

"Jalal, engkau ni dah melampau. Itu tanah adik-beradik kamu," jawab si  ibu.

"Ahhh, saya tak kira."

"Jalal, emak tidak benarkan. Emak tau, duit tu nanti bukannya engkau nak buat berniaga, tapi nak bayar hutang," jawab ibunya.

Bukan sahaja ibunya, malah semua adik-beradik Jalal tidak membenarkannya mencagarkan tanah tersebut kepada bank. Jalal pulang dengan hati kecewa. Namun dia masih bertekad untuk mendapatkan tanah berkenaan walau dengan  apa cara sekalipun. Suatu hari, Jalal datang
ke rumah ibunya. Beberapa orang adik-beradiknya ada di situ. Sekali lagi pertengkaran berlaku dan  berakhir dengan tragedi yang amat menyedihkan. Ketika kemarahannya sampai  kemuncak, Jalal menolak ibunya sekuat-kuat hati menyebabkan kepala ibunya  terhantuk di pintu. Darah dari luka terpalit di pintu sedang ibunya terjelopok di  lantai, rebah tidak sedarkan diri. Si ibu segera dibawa ke hospital sementara Jalal puas hati kerana dapat melepaskan kemarahannya. Akibat pendarahan otak  yang serius, ibunya meninggal dunia tanpa sempat melafazkan keampunan kepada Jalal.
Bermulalah azab dalam hidup Jalal. Kira-kira seminggu selepas kematian ibunya, Jalal dikejarkan ke hospital kerana jatuh sakit secara tiba-tiba. Apa yang membingungkan ialah doktor gagal mengesan penyakit yang dihadapinya.Jalal sebaliknya meraung, menjerit,meronta dan menggelepar kesakitan. Dalam raungannya itulah dia meminta ampun kepada arwah ibunya kerana tidak sanggup menanggung azab yang pedih.Berterusanlah keadaannya selama beberapa hari hingga saya dipanggil. Dalam waktu itu, doktor dan jururawat tidak dapat berbuat apa-apa kecuali mengikat Jalal di katil dan menyuntiknya dengan ubat pelali untuk menidurkannya.

"Kalau begitu kisahnya, saya cuba cara lain," kata saya.

Di samping ayat-ayat suci al-Quran, saya membacakan surah Yassin  untuknya. Namun apabila dibacakan saja ayat suci itu, Jalal menjerit kepanasan. Tubuhnya menggeletik dan menggelepar kesakitan.

"Aduh panasnya! Emak, ampunkanlah saya emak! Jangan bawa saya ke situ  emak, panas. Jangan bawa saya ke situ. Saya tak mau, sakit, sakit. Tolonglah  saya emak, ampunkan saya, saya bersalah."

Jeritan Jalal itu meruntun hati saya. Apakah yang dimaksudkannya dengan  'ke situ'? Kenapa Jalal tidak mahu dibawa 'ke situ' dan apa yang dilihatnya  di situ? Akibat tidak tertahan panas, tubuh Jalal terpaksa dibogelkan.  Tangan dan kakinya terus diikat ke katil. Selepas puas mencuba tapi keadaan  Jalal masih tidak berubah, saya meminta diri untuk pulang. Satu ingatan saya tinggalkan kepada mereka, "Jika Jalal masih hidup selepas zuhur ini, insya-Allah nyawanya masih panjang. Kalau tidak..." Ketika itu lebih  kurang pukul 10 pagi.

Saya tinggalkan mereka, namun sedang saya memandu,telefon bimbit saya berdering.

"Ustaz! Cepat ustaz, adik saya dah nazak," kata si abang.

Saya berpatah balik dan apabila sampai di katilnya,saya lihat Jalal  begitu tenat. Nyawanya seperti sudah di penghujungan. Keluarganya semakin cemas sambil air mata tidak henti-henti mengalir. Saya bacakan Surah al-Asr,  Surah al-Falaq, Surah an-Naas serta asma ul husna. Alhamdulillah, Jalal berhenti meraung dan menggelepar. Keadaan senyap seketika.
Masing-masing beristighfar dan membaca ayat-ayat suci al-Quran. Terbayang kelegaan di wajah mereka.Tiba-tiba, ketenangan itu dipecahkan sekali lagi oleh jeritan Jalal. Dia mengerang sambil tubuhnya kejang menahan kesakitan, mata terjegil seperti hendak terkeluar dan dalam satu detik yang serentak juga najisnya terpancut keluar. Bertabur membasahi seluarnya. Bau najis menusuk hidung kami.  Maha suci Allah, keadaannya adalah seperti sesuatu yang berat menghenyak  perutnya yang mengakibatkan nyawa, roh, najis, organ-organ dan segala-galanya  yang ada di dalam tubuh terhambur keluar secara serentak. Di bahagian atas, semuanya seperti hendak terpancut keluar hingga mata Jalal tersembul sementara di bahagian bawah, kakinya kaku dan najis berhambur memancut-mancut. Cukup aib dan menyedihkan. Pakaian dan katil basah  dengan air mata, peluh serta najisnya. Selepas 'rentapan' itu, Jalal tidak bernafas lagi. Degupan jantungnya berhenti dan dia pergi menghadap Allah SWT  untuk menerima balasan amalannya. Tamatlah riwayat seorang anak derhaka.

Saya cuma mampu melihat dengan gementar sementara keluarga Allahyarham menangis dan berpelukan sesama sendiri. Yang perempuan terpaksa keluar kerana tidak sanggup melihat mayat adik mereka. Demikianlah sakaratulmaut datang menjemput Jalal. Seperti yang dijelaskan di dalam al-quran dan hadis, ia datang dengan menyentap, merentap dan merenggut nyawa Jalal tanpa ada kasihan belas. Sudah berpuluh-puluh tahun saya menguruskan jenazah dan melihat orang menghadapi saat kematiannya, namun pengalaman menyaksikan sakaratulmaut menjemput Jalal cukup memilukan hati saya.

Kesengsaraan yang ditanggung oleh Jalal sudah berakhir, namun mayatnya meninggalkan keaiban yang amat sangat. Matanya terbonjol seperti hendak terkeluar sementara giginya menyeringai. Dari kerut wajahnya, jelas sekali Allahyarham baru sahaja menanggung kesakitan dan azab yang amat pedih. Saya cuba pejamkan mata Allahyarham, namun gagal. Kelopak mata tidak berupaya untuk menutup biji matanya yang tersembul itu. Cukup mengerikan kerana hanya mata putih sahaja yang kelihatan. Ikatan di kaki dan tangan Allahyarham dileraikan  dan tangannya dikiamkan. Kaki Allahyarham dirapatkan, namun sekali lagi saya menyaksikan keaiban kaki Allahyarham tidak boleh dirapatkan kerana duburnya terpancut keluar dan membonjol di celah kelengkangnya.

Saya menenangkan mereka supaya bersabar dan reda dengan apa yang telah terjadi. Selesai membersihkan tubuh Allahyarham,jenazah dibawa turun kerana keluarganya mahu menguruskan jenazah tersebut di rumah mereka di salah sebuah taman perumahan di sebuah negeri di pantai barat semenanjung. Rupa-rupanya keaiban belum berakhir. Sebaik sahaja van yang membawa Allahyarham keluar dari perkarangan hospital, tiba-tiba keempat-empat shock absorbernya patah secara serentak. Van yang cuma membawa lima orang, mayat yang badannya sederhana sahaja, dua orang abang dan kakaknya, pemandu serta seorang pembantu, boleh patah shock absorbernya? Kelindan van bergegas memanggil kami.

Maha suci Allah, Tuhan yang Maha Besar,apabila hendak dikeluarkan dari van, jenazah itu kami rasakan teramat berat hingga terpaksa diangkat oleh kira-kira 15 orang. Selesai masalah itu, satu lagi masalah timbul - tidak ada van atau kereta yang berani untuk mengangkat jenazah tersebut. Kebetulan sebuah lori kosong yang mengangkat tanah, pasir ataupun kelapa sawit lalu di tempat kejadian. Dengan lori itulah jenazah dibawa pulang ke rumahnya. Apa yang membingungkan kami ialah walaupun mayat berkenaan terlalu berat, tapi kayu penusungnya tidak pula patah. Lori bertolak ke rumah Allahyarham sementara saya pula memandu pulang ke rumah. Saya dimaklumkan bahawa Allahyarham dikebumikan di sebelah kubur ibunya. Namun diceritakan juga kepada saya bahawa tanah yang ditambun ke atas kuburnya tidak mencukupi. Untuk mengelakkan kubur Allahyarham berlubang, tanah lain terpaksa diambil dan ditambun ke atasnya.

Tiga hari kemudian, saya menerima panggilan telefon daripada keluarga Allahyarham.

"Ustaz, saya nak minta pertolongan dan pandangan daripada ustaz."

"Apa masalahnya itu?" tanya saya.

"Kubur adik saya berlubang ustaz."

Masya-Allah, demikian sekali keaiban yang Allah tunjukkan kepada anak  yang derhaka kepada ibunya. Menurut abang Allahyarham, kewujudan lubang itu disedari sehari selepas Allahyarham dikebumikan. Lubang tersebut bermula dari bahagian tengah kubur hinggalah mencecah kepada papan yang menutup liang lahad. Tambah abang Allahyarham lagi, mereka mengambusnya dengan tanah, namun keesokan harinya kubur tersebut berlubang semula.

"Begini sajalah, cuba masukkan sekali kayu atau papan ke dalam lubang tersebut, insya-Allah, tak berlubang lagi," kata saya.

Namun keesokan harinya sekali lagi abang Allahyarham menghubungi saya memberitahu bahawa kubur berkenaan berlubang semula. Apa yang membingungkannya, tanah di kubur arwah ibunya langsung tidak berubah, masih tetap membusut walaupun sudah lebih dua minggu dikebumikan. Bukan itu sahaja, katanya, pokok yang ditanam di kubur ibunya juga hidup segar sedangkan pokok yang ditanam di kubur adiknya mati kelayuan. Pada hari kelima, saya menghubungi abang Allahyarham.

"Begini sajalah," kata saya. "Mulai malam ini buatlah majlis Yassin dan tahlil. Panggil 20 orang dan setiap seorang baca Surah Yassin sebanyak 2 kali. Apabila selesai bacaan Yassin, minta imam bacakan doa supaya diampunkan dosa Allahyarham kepada ibunya. Baca dalam Bahasa Melayu dan ulang doa itu sebanyak tujuh kali." Seperti yang saya nasihatkan, pada malam berkenaan mereka mengadakan majlis itu. Namun saya diberitahu, imam yang membaca doa tersebut menggigil ketakutan.

Alhamdulillah, pada hari ketujuh, kubur berkenaan tidak lagi berlubang. Peristiwa ini sudah berlaku empat tahun lepas namun masih terbayang-bayang di mata saya. Setiap kali tibanya hari raya aidilfitri, setiap kali itulah peristiwa tersebut menjelma dalam ingatan kerana ia terjadi cuma beberapa hari selepas kita berhari raya. Sungguh menyentuh hati saya, ketika orang sedang bergembira berhari raya, ketika itulah keluarga tersebut ditimpa petaka, si ibu meninggal dunia dan anaknya yang derhaka diazab hingga ke akhir hayatnya.

Kisah ini saya paparkan bukan untuk mengaibkan Allahyarham ataupun keluarganya, tapi supaya kita dapat mengambilnya sebagai pedoman dan iktibar.Doakanlah semoga dosa Allahyarham Jalal diampunkan Allah.



Read More
Dikuasakan oleh Blogger.